Sumber Kesaksian: Nurma Galingging
Sejak usia muda, sakit maag telah menjadi bagian kehidupan Nurma Galingging. Pada mulanya penyakit ini tidak ia hiraukan dan ia juga tidak pernah pergi ke dokter untuk mengobati penyakitnya. Nurma merasa penyakitnya ini bukanlah penyakit yang parah. Namun seiring berlalunya waktu, penyakit maag ini semakin menggerogoti lambung Nurma. Pada tahun 1982, ketika ia sedang mengandung anak pertamanya, penyakit ini menjadi semakin parah. Keadaan ini membuat kandungannya terganggu, bahkan akhirnya Nurma harus kehilangan bayi pertamanya.
Saya pulang dari rumah sakit dengan perasaan yang sangat sedih. Saya seharusnya menjadi seorang ibu yang mendapatkan anak, tapi saya pulang ke rumah dengan keadaan ibu yang kehilangan anak yang dikandungnya. Setelah kejadian itu dokter menganjurkan saya pulang ke rumah dan menjalani pengobatan jalan bagi penyakit ini. Tapi setelah saya berobat jalan selama enam tahun, ternyata saya tidak juga mengalami kesembuhan.
Penyakit maag yang kronis menyerang Nurma Galingging. Hampir setiap hari ia harus menanggung rasa sakit di lambungnya. Tahun 1994 penyakit ini membuat Nurma tidak berdaya. Hal ini membuat hati bapak Galingging, suami Nurma sangat gundah.
Saya sangat kasihan melihat kondisi istri saya. Semua cara kami coba, kemanapun ada pengobatan atau dukun-dukun akan kami datangi supaya istri saya ini sembuh. Tapi semua usaha kami ini selalu gagal.
Penyakit saya ini bertambah parah dan kronis. Pernah saya tergeletak di tempat tidur selama dua bulan terus menerus. Saya juga selalu muntah terus setiap pagi, ketika berada di kamar mandi paling sedikit saya harus duduk seperempat jam untuk menunggu karena saya selalu merasakan mual yang luar biasa.
Tahun-tahun yang berlalu tanpa kesembuhan membuat Nurma merasa putus asa. Ia membuat keputusan untuk tidak mau lagi berobat ke dokter karena tidak adanya kesembuhan yang ia alami lewat pengobatan medis. Ia juga mengalami peperangan dalam batinnya, kepercayaannya pada Tuhan mengalami ujian yang berat.
Saat-saat seperti itu timbul kebimbangan dalam hati saya, dimanakah Tuhan itu?. Apakah Tuhan itu ada?, kenapa jika Tuhan itu ada penyakit saya ini tidak juga disembuhkan?. Mengapa saya harus menderita sakit ini selama belasan tahun?
Ditengah keputusasaan ini, akhirnya sang suami membawa Nurma ke sebuah gereja.
Disaat jemaat yang ada bersukacita mengangkat lagu pujian pada Tuhan, saya merasakan suatu jamahan yang luar biasa. Jiwa saya rasanya dibangkitkan kembali. Saya merasakan dan melihat orang-orang yang datang sungguh-sungguh memuji dan menyembah Tuhan dengan serius dan luar biasa. Saya bertanya, apakah saya bisa seperti mereka?. Akhirnya begitu ada kesempatan, dengan tidak segan-segan lagi saya maju ke altar karena saya memang butuh untuk didoakan.
Dengan penuh iman, Nurma maju kedepan untuk didoakan. Malam itu menjadi malam terindah dalam hidup Nurma. Tuhan hadir dalam hidup Nurma dan mulai melakukan pekerjaanNya. Kepada Tuhan Yesus yang hidup, Nurma berseru dalam doa.
"Tuhan, inilah hidup saya. Dua belas tahun sudah saya menderita sakit Tuhan!. Inilah saatnya kesembuhan yang daripadaMu boleh terjadi dalam hidup saya!". Disaat itu saya merasakan suatu jamahan yang luar biasa dari Tuhan. Saya merasakan ada kekuatan yang masuk dalam hidup saya. Saya tidak lagi merasakan mual, saya tidak lagi merasakan lagi pusing-pusing.
Keesokan harinya, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Nurma Galingging menjalani hidupnya tanpa merasakan sakit. Satu hal yang membuatnya heran namun masygul karena penyakit ini telah diidapnya selama bertahun-tahun.
Saya bertanya-tanya dalam hati saya : "Tuhan, sudahkah saya sembuh Tuhan?". Kemudian ada suara yang saya dengarkan : "Anakku, engkau telah sembuh!". Mendengar suara itu saya langsung menangis pada Tuhan.
Sukacita memenuhi hati Nurma. Setelah bertahun-tahun, hari itu adalah hari pertama Nurma dapat mengerjakan pekerjaan sebagai seorang ibu rumah tangga dan istri yang sehat. Pemulihan ini sangat membuat kaget suaminya, bapak Galingging.
Hari Senin itu, saya baru saja pulang dari kantor. Saat itu saya sangat kaget karena melihat istri saya sedang bekerja. Saya begitu terharu bahkan sampai menangis sambil memeluk dia. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa Dia sudah menyembuhkan istri saya. Saya berterima kasih pada Tuhan karena selama dua belas tahun kami tidak pernah merasakan jamahan Tuhan. Tapi sejak itu kami merasakan betapa luar biasanya jamahan Tuhan yang dapat menyembuhkan istri saya.
Kebahagiaan memenuhi keluarga ini. Tahun-tahun yang berat dalam hidup berkeluarga karena sakit Nurma yang tidak kunjung sembuh kini berlalu karena Tuhan Yesus hadir dalam keluarga ini.
Demikianlah baiknya Tuhan menyembuhkan saya. Dua belas tahun lamanya saya menderita sakit maag yang kronis, namun semua telah sembuh total karena kuasa dari Tuhan. Memang pekerjaan Tuhan itu kekal, tidak ada yang mustahil bagiNya. Saya hanya bisa mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan.
Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." Maka meleklah mata mereka. (Matius 9:28-30a)